1. Coba baca buku referensi halaman 103 paragraf kedua. Ada pernyataan bahwa 'kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prima konsep teoritis'. Silahkan beri argumentasi anda tentang hal di atas berkaitan dengan fenomena micro teacning yang anda lakukan.
Menurut saya kekuatan pedagogi ilmiah disini adalah membantu agar suatu pembelajaran yang tidak hanya terlihat sebagai teoritis namun juga dapat mengaplikasikannya secara langsung. Suatu pembelajaran memang harus didasarkan oleh teori-teori yang sudah teruji sebagai acuan atau dasar agar penerapannya dapat dilakukan dengan cara yang benar, misalnya kita tidak akan mungkin menjadi seorang guru yang baik tanpa sebuah pedoman atau teori karena mungkin saja kita dapat salah mengajarkannya. tapi ketika kita hanya mampu mempelajari sebuah teori tanpa adanya praktisi langsung maka hal tersebut akan menjadi sia-sia. Suatu pembelajaran yang efektif adalah dimana para pendidik tidak hanya dapat belajar teori-teori sebagai guru professional (salah satu teori yg kami pelajari) namun juga dapat langsung mempraktekkan teori tersebut karena praktek akan memberikan sesuatu pengetahuan yang berbeda lagi melalui pengalaman .Secara tidak sadar para pendidik menjadi peneliti untuk perbaikan pengajaran mereka (hal 103). Hal itu juga dilakukan sebelum melakukan proses microteaching, kita melaksanakan observasi dengan cara ikut mengajar 1 harian. Awalnya berpatokan pada teori untuk mengajar anak-anak tersebut namun kita berusaha mengerti apa yang dibutuhkan dan apa kesulitan para anak didik supaya saat melakukan microteaching, kita dapat mentransformasikan bahan ajaran dengan cara yang tepat kepada para anak didik, misalnya mengadakan permainan yang berasal dari budaya indonesia untuk mengenalkan dan menanam rasa cinta akan budaya sendiri. Permainan tersebut bertujuan agar dapat menyeimbangkan domain kognitif dan afektif tidak berada dlm suasana yang kering (hal 72)-> salah satu prinsip pedagogis. Permainan diadakan karena saat observasi, kami melihat anak-anak senang sekali bermain dan cepat bosan jadi sistem pengajaran tanpa bermain (observasi) belum mendekati metode pengajaran yang tepat dan kami memperbaikinya melalui metode bermain ini. Saat melakukan microteaching, kami juga mempunyai banyak kendala dimana mengenai permainan gobak sodor karena kita kekurangan pengetahuan mengenai hal tersebut. Praktek tanpa teori itu sangatlah sulit karena tidak mempunyai pegangan yang tepat saat pengaplikasian dan sebaliknya teori tanpa praktek/ tidak tahu untuk mengaplikasikannya itu juga adalah sesuatu yang fatal. Dan disinilah pedagogi ilmiah dapat berperan.
2. Mengacu pada uraian jawaban nomor satu, "Awalnya berpatokan pada teori untuk mengajar anak-anak tersebut namun kita berusaha mengerti apa yang dibutuhkan dan apa kesulitan para anak didik supaya saat melakukan microteaching, kita dapat mentransformasikan bahan ajaran dengan cara yang tepat kepada para anak didik, misalnya mengadakan permainan yang berasal dari budaya indonesia untuk mengenalkan dan menanam rasa cinta akan budaya sendiri",bagaimana menurut anda tentang pertanyaan pada halaman 112? apakah memiliki relevansi?
Menurut saya, pertanyaan-pertanyaan hal 112 memiliki relevansi atas pernyataan saya diatas mengenai “ingin mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para anak-anak didik” . Tujuan kami melakukan observasi adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut karena pada awalnya system pengajaran hanya berpatokan pada teori . Seorang guru yang efektif terkadang memang harus menghabiskan waktu untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut agar proses pembelajaran dapat dikelola dengan baik. Banyak pendidik yang tidak melakukan hal tersebut sehingga akan membuat kemungkinan bahwa kemajuan anak-anak terhambat.
Berdasarkan fenomena microteaching kemarin, pertanyaan-pertanyaan yang muncul, 1.Penilaian kebutuhan : Materi belajar apa yang dibutuhkan?
Pertanyaan ini adalah salah satu tujuan kami melakukan observasi karena kita harus menyesuaikan materi apa yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan kami ajarkan nanti.
2.Penggunaan TIK : Bagaimana aplikasi TIK dalam pembelajaran yang memenuhi criteria pedagogi?
TIK dalam pembelajaran yang memenuhi criteria pedagogi adalah Teknologi yang dapat digunakkan untuk memaksimalkan hasil belajar siswa. Tempat yang kami lakukan untuk proses microteaching kemarin juga memang kekurangan fasilitas akan hal itu. PAUD memang menyediakan media berupa TV dan DVD player tapi sepertinya sarana itu kurang mendukung dan media tersebut hanya digunakan saat olahraga pagi . Sesuai perkembangan memang tidak perlu adanya tuntutan seperti computer namun dikarenakan jaman yang sudah sangat berkembang pesat sepertinya pembelajaran melalui teknologi berupa computer dapat dilakukan sekali-kali sebagai pembelajaran tambahan. Oleh karena itu, saat melakukan microteaching kami ingin memberikan pengajaran melalui laptop. Tapi dikarenakan keterbatasan, kami tidak dapat mewujudkan hal tersebut.
3.Budaya Kelas : bagaimana cara menumbuhkan budaya kelas untuk belajar?
Saat observasi , kami melihat para anak –anak mengalami kebosanan dan tidak memperhatikan sehingga membuat kita berpikir bagaimana supaya anak-anak memiliki keinginan belajar dan kami mendapat jawabannya. Anak-anak akan mempunyai keinginan belajar apabila pentransformasian ilmu itu dilakukan dengan cara yang menarik dan unik sehingga saat microteaching, kami melakukan metode bermain saat mengajar.
4.Strategi : bagaimana guru mengajar untuk memaksimalkan hasil?
Saat melakukan microteaching , kami masih sambil belajar mengenai cara mengajar yang baik agar para anak didik mendapatkan hasil yang maksimal. Secara pribadi, saya merasa hasil yang diperoleh oleh anak-anak didik sudah cukup baik melalui strategi yang kami berikan. Dimana kita lebih menampilkan gaya demokrasi dibandingkan laizzes faire. Kita berperan penuh atas mereka namun melibatkan mereka di dalam proses pembelajaran tersebut.
5.Pemecahan Masalah : apa yang bisa salah dalam pengajaran dan bagaimana cara mengatasinya?
Awalnya kami berpikir bahwa reward akan dapat menshaping perilaku seseorang. Kami memikirkan adanya reward akan memotivasi mereka untuk semangat dalam belajar namun ternyata itu adalah pandangan yang salah. Kami melakukan system tersebut pada proses pembelajaran I (Observasi) dan hasilnya itu fatal. Banyak fenomena juga yang sekarang bergantung pada teknik behavioristik ini. System reward boleh digunakan namun system tersebut tidak boleh dijadikan sebagai patokan anak-anak. Anak-anak akan hanya memikirkan reward tanpa memperdulikan proses belajar. Oleh karena itu, saat microteaching, kami menjadikan reward hanya sebagai pemicu/ reinforcement untuk memotivasi anak-anak namun kami lebih berusaha menggunakan media-media dan aktivitas yang menyenangkan agar proses belajar lebih diperhatikan dan diutamakan.
ya, saya setuju dengan pendapat bahwasannya guru memiliki tugas tambahan untuk mendorong dan menfasilitasi agar dapat berkembang ke arah yang menarik dan produktif bagi siswa dimana yang artinya guru menjadi pensintesis utama , orang yang bertanggung jawab untuk membuat aktivitas pembelajaran namun bukan berarti membuat para anak didik hanya menerima apa yang diberikan oleh pendidik. Guru hanya sebagai fasilitator dan muridlah yang melakukan eksplorasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Kalau menurut saya, Proses microteaching kami sudah cukup berusaha mendorong dan meransang motivasi anak-anak tersebut dalam pembelajaran yang kami sediakan (metode bermain). Kami berusaha menyediakan fasilitas- fasilitas yang mereka butuhkan. Contohnya : Kami menyediakan kerak lilin untuk mereka. Para anak didik dibiarkan mengeksplorasi sendiri mengenai bentuk dan warna namun tetap berada di bawah bimbingan kami. Walaupun kami berusaha menyediakan fasilitas-fasilitas agar dapat mendorong dan meransang pembelajaran siswa, tapi tetap saja ada kendala-kendala yang membuat kami tidak bisa menyediakan sesuatu yang lebih baik. Contohnya : Saat ingin mengenalkan musik tradisional, kami hanya menggunakan sarana berupa buku gambar. Awalnya keinginan kami adalah menyediakan gambar-gambar melalui laptop atau menunjukkan alat musik dalam bentuk nyata. Namun semua adalah suatu proses pembelajaran. Proses microteaching merupakan dasar pengalaman agar kami dan yang lainnya mengetahui "apa yang perlu diperhatikan" untuk menciptakan suatu pembelajaran yang produktif bagi para siswa/ anak didik.
1. Coba baca buku referensi halaman 103 paragraf kedua. Ada pernyataan bahwa 'kekuatan paedagogi ilmiah adalah membuat pembelajaran semakin praktis dilihat dari prima konsep teoritis'. Silahkan beri argumentasi anda tentang hal di atas berkaitan dengan fenomena micro teacning yang anda lakukan.
ReplyDeleteMenurut saya kekuatan pedagogi ilmiah disini adalah membantu agar suatu pembelajaran yang tidak hanya terlihat sebagai teoritis namun juga dapat mengaplikasikannya secara langsung. Suatu pembelajaran memang harus didasarkan oleh teori-teori yang sudah teruji sebagai acuan atau dasar agar penerapannya dapat dilakukan dengan cara yang benar, misalnya kita tidak akan mungkin menjadi seorang guru yang baik tanpa sebuah pedoman atau teori karena mungkin saja kita dapat salah mengajarkannya. tapi ketika kita hanya mampu mempelajari sebuah teori tanpa adanya praktisi langsung maka hal tersebut akan menjadi sia-sia. Suatu pembelajaran yang efektif adalah dimana para pendidik tidak hanya dapat belajar teori-teori sebagai guru professional (salah satu teori yg kami pelajari) namun juga dapat langsung mempraktekkan teori tersebut karena praktek akan memberikan sesuatu pengetahuan yang berbeda lagi melalui pengalaman .Secara tidak sadar para pendidik menjadi peneliti untuk perbaikan pengajaran mereka (hal 103). Hal itu juga dilakukan sebelum melakukan proses microteaching, kita melaksanakan observasi dengan cara ikut mengajar 1 harian. Awalnya berpatokan pada teori untuk mengajar anak-anak tersebut namun kita berusaha mengerti apa yang dibutuhkan dan apa kesulitan para anak didik supaya saat melakukan microteaching, kita dapat mentransformasikan bahan ajaran dengan cara yang tepat kepada para anak didik, misalnya mengadakan permainan yang berasal dari budaya indonesia untuk mengenalkan dan menanam rasa cinta akan budaya sendiri. Permainan tersebut bertujuan agar dapat menyeimbangkan domain kognitif dan afektif tidak berada dlm suasana yang kering (hal 72)-> salah satu prinsip pedagogis. Permainan diadakan karena saat observasi, kami melihat anak-anak senang sekali bermain dan cepat bosan jadi sistem pengajaran tanpa bermain (observasi) belum mendekati metode pengajaran yang tepat dan kami memperbaikinya melalui metode bermain ini.
ReplyDeleteSaat melakukan microteaching, kami juga mempunyai banyak kendala dimana mengenai permainan gobak sodor karena kita kekurangan pengetahuan mengenai hal tersebut. Praktek tanpa teori itu sangatlah sulit karena tidak mempunyai pegangan yang tepat saat pengaplikasian dan sebaliknya teori tanpa praktek/ tidak tahu untuk mengaplikasikannya itu juga adalah sesuatu yang fatal. Dan disinilah pedagogi ilmiah dapat berperan.
2. Mengacu pada uraian jawaban nomor satu, "Awalnya berpatokan pada teori untuk mengajar anak-anak tersebut namun kita berusaha mengerti apa yang dibutuhkan dan apa kesulitan para anak didik supaya saat melakukan microteaching, kita dapat mentransformasikan bahan ajaran dengan cara yang tepat kepada para anak didik, misalnya mengadakan permainan yang berasal dari budaya indonesia untuk mengenalkan dan menanam rasa cinta akan budaya sendiri",bagaimana menurut anda tentang pertanyaan pada halaman 112? apakah memiliki relevansi?
ReplyDeleteMenurut saya, pertanyaan-pertanyaan hal 112 memiliki relevansi atas pernyataan saya diatas mengenai “ingin mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para anak-anak didik” . Tujuan kami melakukan observasi adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut karena pada awalnya system pengajaran hanya berpatokan pada teori . Seorang guru yang efektif terkadang memang harus menghabiskan waktu untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut agar proses pembelajaran dapat dikelola dengan baik. Banyak pendidik yang tidak melakukan hal tersebut sehingga akan membuat kemungkinan bahwa kemajuan anak-anak terhambat.
ReplyDeleteBerdasarkan fenomena microteaching kemarin, pertanyaan-pertanyaan yang muncul,
1.Penilaian kebutuhan : Materi belajar apa yang dibutuhkan?
Pertanyaan ini adalah salah satu tujuan kami melakukan observasi karena kita harus menyesuaikan materi apa yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak yang akan kami ajarkan nanti.
2.Penggunaan TIK : Bagaimana aplikasi TIK dalam pembelajaran yang memenuhi criteria pedagogi?
TIK dalam pembelajaran yang memenuhi criteria pedagogi adalah Teknologi yang dapat digunakkan untuk memaksimalkan hasil belajar siswa. Tempat yang kami lakukan untuk proses microteaching kemarin juga memang kekurangan fasilitas akan hal itu. PAUD memang menyediakan media berupa TV dan DVD player tapi sepertinya sarana itu kurang mendukung dan media tersebut hanya digunakan saat olahraga pagi . Sesuai perkembangan memang tidak perlu adanya tuntutan seperti computer namun dikarenakan jaman yang sudah sangat berkembang pesat sepertinya pembelajaran melalui teknologi berupa computer dapat dilakukan sekali-kali sebagai pembelajaran tambahan. Oleh karena itu, saat melakukan microteaching kami ingin memberikan pengajaran melalui laptop. Tapi dikarenakan keterbatasan, kami tidak dapat mewujudkan hal tersebut.
3.Budaya Kelas : bagaimana cara menumbuhkan budaya kelas untuk belajar?
Saat observasi , kami melihat para anak –anak mengalami kebosanan dan tidak memperhatikan sehingga membuat kita berpikir bagaimana supaya anak-anak memiliki keinginan belajar dan kami mendapat jawabannya. Anak-anak akan mempunyai keinginan belajar apabila pentransformasian ilmu itu dilakukan dengan cara yang menarik dan unik sehingga saat microteaching, kami melakukan metode bermain saat mengajar.
4.Strategi : bagaimana guru mengajar untuk memaksimalkan hasil?
Saat melakukan microteaching , kami masih sambil belajar mengenai cara mengajar yang baik agar para anak didik mendapatkan hasil yang maksimal. Secara pribadi, saya merasa hasil yang diperoleh oleh anak-anak didik sudah cukup baik melalui strategi yang kami berikan. Dimana kita lebih menampilkan gaya demokrasi dibandingkan laizzes faire. Kita berperan penuh atas mereka namun melibatkan mereka di dalam proses pembelajaran tersebut.
5.Pemecahan Masalah : apa yang bisa salah dalam pengajaran dan bagaimana cara mengatasinya?
Awalnya kami berpikir bahwa reward akan dapat menshaping perilaku seseorang. Kami memikirkan adanya reward akan memotivasi mereka untuk semangat dalam belajar namun ternyata itu adalah pandangan yang salah. Kami melakukan system tersebut pada proses pembelajaran I (Observasi) dan hasilnya itu fatal. Banyak fenomena juga yang sekarang bergantung pada teknik behavioristik ini.
System reward boleh digunakan namun system tersebut tidak boleh dijadikan sebagai patokan anak-anak. Anak-anak akan hanya memikirkan reward tanpa memperdulikan proses belajar. Oleh karena itu, saat microteaching, kami menjadikan reward hanya sebagai pemicu/ reinforcement untuk memotivasi anak-anak namun kami lebih berusaha menggunakan media-media dan aktivitas yang menyenangkan agar proses belajar lebih diperhatikan dan diutamakan.
ya, saya setuju dengan pendapat bahwasannya guru memiliki tugas tambahan untuk mendorong dan menfasilitasi agar dapat berkembang ke arah yang menarik dan produktif bagi siswa dimana yang artinya guru menjadi pensintesis utama , orang yang bertanggung jawab untuk membuat aktivitas pembelajaran namun bukan berarti membuat para anak didik hanya menerima apa yang diberikan oleh pendidik. Guru hanya sebagai fasilitator dan muridlah yang melakukan eksplorasi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
ReplyDeleteKalau menurut saya, Proses microteaching kami sudah cukup berusaha mendorong dan meransang motivasi anak-anak tersebut dalam pembelajaran yang kami sediakan (metode bermain). Kami berusaha menyediakan fasilitas- fasilitas yang mereka butuhkan.
Contohnya : Kami menyediakan kerak lilin untuk mereka. Para anak didik dibiarkan mengeksplorasi sendiri mengenai bentuk dan warna namun tetap berada di bawah bimbingan kami.
Walaupun kami berusaha menyediakan fasilitas-fasilitas agar dapat mendorong dan meransang pembelajaran siswa, tapi tetap saja ada kendala-kendala yang membuat kami tidak bisa menyediakan sesuatu yang lebih baik.
Contohnya : Saat ingin mengenalkan musik tradisional, kami hanya menggunakan sarana berupa buku gambar. Awalnya keinginan kami adalah menyediakan gambar-gambar melalui laptop atau menunjukkan alat musik dalam bentuk nyata.
Namun semua adalah suatu proses pembelajaran. Proses microteaching merupakan dasar pengalaman agar kami dan yang lainnya mengetahui "apa yang perlu diperhatikan" untuk menciptakan suatu pembelajaran yang produktif bagi para siswa/ anak didik.