Karya
skinner dimulai dengan analisis
perbedaan antara perilaku refleks dan perilaku lainnya dan kemudian lahir
prinsip pengkondisian berpenguat. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya pada
latar belakang sekolah dengan mengembangkan mesin pengajaran dan teknologi
pengajaran di kelas.
Dan
pada tahun 1980an skinner terus mngaplikasikan konsepnya ke berbagai isu. Skinner
percaya bahwa teori tidak boleh
digunakan sebgai kerangka untuk riset karena teorema hanya menciptakan dunia artificial
dengan menjelaskan satu pernyataan
dengan istilah yang lain.
Skinner mendefinisikan belajar sebagai
perubahan perilaku. Belajar bukan melakukan melainkan mengubah apa yang kita lakukan,
misalnya anak kecil mungkin melihat satu keranjang berisi apel dan satu
keranjang degan 10 apel kemudian mengatakan bahwa keranjang yang berisi 10 apel
lebih banyak namun seiringnya waktu, anak juga akan belajar menghitung untuk
mengidentifikasi jumllah spesifik dalam setiap kelompok dan menunjukkan selisih
dari keduanya. Skinner mengidentifikasi riset thorndike sebagai basis untuk
memahami perubahan perilaku. Dalam riset thorndike, hewan berusaha lolos dari
hambatan untuk mendapatkan makanan. Ketika hewan dikurung lagi, ia mengulangi
perilaku yang baru ditemukan. Riset ini menunjukkan bahwa konsep seperti
tujuan, niat dan ekspetansi tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku masa
depan melainkan stimulus diskriminatif, prinsip essensial dan penguatan dan
kategori penguatan.
Thorndike telah mengidentifikasikan
tiga komponen penting dari perubahan perilaku yaitu (a) kesempatan dimana
perilaku itu terjadi ; (b) perilaku itu terjadi ; (c) konsekuensi dari perilaku
à respons sering diberikan pada
lingkungan untuk menghasilkan jenis konsekuensi yang berbeda dan konsekuensi
tertentu menimbulkan adanya pengulangan respons. Skinner menamakan respons ini
sebagai penguat.
Salah satu kekurangan dalam analisis thorndike
adalah adanya konsekuensi yang menyebabkan peningkatan perilaku itu sebagai
imbalan dimana itu mengaplikasikan ganjaran untuk sesuatu yang dilakukan atau
kompensasi yang mengganti pengorbanan tertentu. Skinner mengganti istilah
imbalan itu dengan istilah konsekuensi yang menguatkan dan penguatan
(reinforcement) & mednefinisikannya dalam makna kaitannya denga perilaku. Secara
khusus, penguatan adalah setiap konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku
yaitu penguat meningkatkan respons.
Dua poin penting dalam penguatan
adalah dinamika proses & faktor yang mempengaruhi penguatan.
v Dinamika penguatan à agar efektif, penguatan harus
terjadi secara bersamaan dengan berpenguat dan terkait langsung dengan perilaku
itu sendiri. Dua proses utama dalam
pengkondisian berpenguat adalah variasi(perilai) dan seleksi berdasarkan
konsekuensi, misalnya perilaku tikus menciumi pojok sangkar dan melihat atap
tidak menyebabkannya mendapat makanan. Perilaku ini tidak menimbulkan
penguatan, maka frekuensinya akan menurun. Hal yang juga diperhatikan dalam
mendeskripsikan penguatan yaitu tidak semua konsekuensi perilaku berfungsi
sebagai penguat
v Faktor-faktor yang mempengaruhi
kontigensi à
ada 3 faktor yang mempengaruhi yaitu ketrampilan individual, sejarah penguatan
masa lalu dan karakteristik warisan.
Prinsip
Pembelajaran
Skinner tertarik dengan
pendidikan ketika putrinya masuk sekolah. Pada tahun 1950an dia mulai
mengaplikasikan pengkondisian berpenguat ke ruang kelas. Dia membuat teknik
untuk mengembangkan instruksi atau pembelajaran langkah demi langkah, alat
mekanik untuk instruksi yang disebut mesin pengajaran dan teknologi pengajaran
di kelas. Karakteristik khusus latar pendidikan berbeda dari karakteristik
laboratorium tetapi dinamika perubahan behavioral adalah sama. Di kelas, keadaan seperti “kesiapan”
didefinisikan sebagai seperangkat ketrmapilan atau keahlian yg dimiliki oleh
siswa. Ketika seorang pengajar bertanggung jawab menangani 20-30 orang dalam
satu waktu, muncul beberpa masalah pembelajaran seperti penguatan positif yg
kurang , tertunda waktu lama antara perilaku dan penguatan dan kurang program
yg mengarahkan anak ke serangkaian perilaku. Untuk mengatasi masalah ini,
dibutuhkan program stimuli & penguatan ulang yang dipilih secara cermat. Secara
ringkasnya, ada tiga asumsi yang menopang pendekatan skinner untuk teknologi
pembelajaran yaitu pertama, analisis ekspresimental atas perilaku juga berlaku
untuk ruang kelas ; kedua, seperangkat perilaku di kelas mungkin dapat dibentuk
dengan cara yang sama seperti perilaku lain ; ketiga, teknologi dibutuhkan untuk
memberikan lebih banyak penguatan bagi respons behavioral.
No comments:
Post a Comment