Irene Anastasya (10-041)
Johan Wibawa (10-043)
Dede Suhendri (10-078)
Paedagogi praktis (vernakular) adalah pengaplikasian ilmu-ilmu paedagogi yang bersifat teoritis. Paedagogi itu sendiri memiliki makna seni mengajar yang bertujuan untuk membuat peserta didik mengerti dengan bahan atau materi yang diajarkan. Paedagogi praktis lahir karena adanya pemikiran bahwa paedagogi tidak sekadar hanya membutuhkan pemahaman akan teori (abstrak), tetapi juga harus bisa diaplikasikan dalam kegiatan belajar-mengajar (konkret).
Johan Wibawa (10-043)
Dede Suhendri (10-078)
Paedagogi praktis (vernakular) adalah pengaplikasian ilmu-ilmu paedagogi yang bersifat teoritis. Paedagogi itu sendiri memiliki makna seni mengajar yang bertujuan untuk membuat peserta didik mengerti dengan bahan atau materi yang diajarkan. Paedagogi praktis lahir karena adanya pemikiran bahwa paedagogi tidak sekadar hanya membutuhkan pemahaman akan teori (abstrak), tetapi juga harus bisa diaplikasikan dalam kegiatan belajar-mengajar (konkret).
Pada masa-masa kami sekolah dulu, guru-guru belum menerapkan ilmu paedagogi. Sistem mengajar yang diterapkan masih sangat konvensional, dan kadang menggunakan kekerasan fisik (misalnya memukul dengan mistar kayu) untuk mengatur peserta didiknya. Cara mengajar yang diterapkan juga banyak yang tidak berhasil membuat peserta didiknya mengerti dan paham, karena kebanyakan guru hanya menyampaikan materi secara teoritis dan cenderung membosankan.
Mayoritas guru pada masa sekarang ini memang sudah tidak lagi menggunakan kekerasan fisik terhadap peserta didiknya, tetapi juga masih belum sepenuhnya menerapkan ilmu paedagogi. Seni mengajar guru masa kini memang sudah semakin bervariasi. Akan tetapi, meski masing-msaing guru memiliki metode mengajar yang berbeda, guru yang bersangkutan juga belum 100% berhasil membuat peserta didiknya paham terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mengambil kursus tambahan di luar jam sekolah. Siswa-siswa merasa belum paham sepenuhnya terhadap penjelasan yang diberikan guru, sehingga kursus-kursus terpaksa menjadi alternatif mereka.
Referensi:
Danim, Sudarwan. (2010). Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi, Bandung: Alfabeta.
No comments:
Post a Comment